Thursday 5 November 2015

Sepuluh Hal yang Dapat Dilakukan Jika Anda Merasa Putus Asa

Hampir dapat dipastikan bahwa semua orang pernah merasa putus asa atau putus harapan (istilah kerennya hopeless). Perasaan putus asa timbul karena tidak tercapainya suatu harapan seakan-akan dunia adalah tempat yang paling suram dan tidak ada yang dapat dilakukan lagi. Mungkin seseorang telah berusaha menggapai harapan itu tanpa kenal lelah siang dan malam, tetapi hasilnya sia-sia sehingga kehilangan harapan. Pada akhirnya keputusasaan yang berlarut-larut dapat menimbulkan perasaan sedih dan bahkan menyebabkan seseorang bunuh diri. Oleh sebab itu, keputusasaan seharusnya dihadapi dengan benar agar tidak membawa dampak negatif. Di bawah ini terdapat sepuluh hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi keputusasaan:

1. Lepaskanlah harapan: Bebaskanlah diri dari pasang surut harapan dan keputusasaan serta sadarilah bahwa segalanya sesungguhnya tidak memiliki harapan. Derrick Jensen dalam Beyond Hope menjelaskan bagaimana dan mengapa kita harus melepaskan harapan:
“Semakin aku memahami harapan, semakin aku menyadari bahwa semuanya layak dimasukkan dalam kotak [Pandora] bersama-sama dengan bencana, kesedihan, dan hal-hal tidak menyenangkan lainnya; bahwa harapan melayani kebutuhan mereka yang memiliki kekuasaan yang sama pastinya dengan keyakinan akan surga yang jauh; bahwa harapan sesungguhnya tidak lebih dari cara duniawi yang menjaga kita tetap dalam jalur.... Orang-orang kadangkala bertanya padaku, ‘Jika hal-hal menjadi buruk, mengapa kamu tidak melakukan bunuh diri?’ Jawabannya adalah bahwa kehidupan adalah sangat-sangat indah. Aku sesosok makhluk yang cukup kompleks sehingga aku dapat menyimpan dalam hatiku pemahaman bahwa kita sangat-sangat kacau, dan pada saat yang sama bahwa kehidupan adalah sangat-sangat indah. Aku dipenuhi dengan kemarahan, kesedihan, kegembiraan, cinta, kebencian, keputusasaan, kebahagiaan, kepuasan, ketidakpuasan, dan ribuan perasaan lainnya. Kita benar-benar kacau. [Tetapi] kehidupan tetaplah sangat indah.... Banyak orang takut untuk merasakan keputusasaan. Mereka takut jika mereka mengizinkan diri mereka merasakan bagaimana putus asanya keadaan kita, maka mereka pasti terus-menerus menderita. Mereka lupa bahwa adalah memungkinkan untuk merasakan banyak hal dalam satu waktu. Mereka juga melupakan bahwa putus asa merupakan respon yang sepenuhnya sesuai pada situasi yang putus harapan.”
2. Jelajahi bakat dan kegemaran anda dengan seseorang yang anda cintai: Bersama-samalah dengan seseorang yang anda cintai dan katakan satu sama lainnya apa yang anda benar-benar peduli, apakah yang anda benar-benar bersemangat mengerjakannya, dan apa yang anda pikirkan untuk dilakukan di dunia ini. Lalu katakan satu sama lainnya apa yang anda pikirkan bakat masing-masing terhadap dunia, hal-hal yang menurut pandangan anda bahwa hanya orang tersebut dapat melakukannya secara unik dengan baik. Dengan melakukan demikian, perasaan anda akan berubah, dalam cara yang praktis, dan yang disengaja, alih-alih hanya menjadi putus asa yang tidak ada manfaatnya.

3. Berbaik hatilah pada diri sendiri: Jika anda telah membaca poin-poin sebelumnya, anda saat ini seharusnya menyadari bahwa adalah sangat dapat dimengerti, bahkan masuk akal, untuk merasa putus harapan. Kita memang kacau, dan anda mengetahuinya, tetapi anda tetap melakukan bagian anda, mengambil tanggung jawab, melakukan pekerjaan penting untuk meringankan atau menyesuaikan diri dengan masa depan yang kita hadapi, benar? Jadi bersantailah. Ini adalah sebuah lari maraton, bukan lari jarak pendek. Berikan diri anda istirahat. Manjakan diri anda. Mandilah air hangat dengan cahaya lilin, dengan musik favorit anda beralun. Pergilah berjalan di bawah cahaya bulan, atau tidur di bawah bintang-bintang. Bermainlah sesuatu, atau bermain-mainlah, sendiri atau dengan orang yang anda cintai. Makanlah coklat di dekat perapian. Rayakan kenyataan bahwa anda cukup pintar, cukup tahu, cukup kuat, cukup sensitif, untuk merasakan keputusasaan sepenuhnya. Anda harus mencintai hal itu.

4. Menangislah (seperti seekor gajah): Penelitian menyatakan bahwa menangis adalah respon alami terhadap stress dan kesedihan dengan banyak nilai terapi: “Air mata tidak sekedar air asin; air mata mengandung leucine enkephalin, endorfin yang mengatur rasa sakit, dan hormon-hormon seperti prolactin dan adrenocorticotropic, yang dilepaskan pada waktu stress. Tangisan merupakan cara tubuh mengeluarkan kelebihan hormon-hormon stress.... sebuah katup pengaman.”

Menurut penelitian Jeff Masson, seekor gajah, dengan ingatan dan otak yang sangat besar, mengunjungi tempat kematian atau penderitaan pasangan masa lalunya setiap hari selama bertahun-tahun, untuk mengenang dan menangisinya. Adalah alami, sangat baik rasanya, dan bagus bagi anda untuk menangis. Jadi mengapa kebudayaan kita tidak memperbolehkan kita menangis ketika merasa putus asa?

5. Dengarkanlah anak-anak berbicara tentang apa yang mereka pikirkan: Anak-anak adalah makhluk yang tidak punya harapan. Maksudnya, sampai orang tua mereka, teman-teman dan sistem pendidikan mencuci otak mereka untuk mulai merencanakan dan berharap akan masa depan, dan dengan hidup dalam pikiran mereka sendiri, mereka hidup di masa kini, tanpa harapan. Dengan mendengarkan mereka, kita dapat belajar apa yang dimaksud dengan hidup tanpa perlu berharap, hanya menerima dan menjadi.

6. Belajar hidup di masa kini bagaikan hewan-hewan liar: Seperti halnya anak-anak kecil, hewan-hewan yang bertahan hidup di alam liar tidak hidup dalam harapan. Mereka juga hidup di dunia nyata, di masa kini. Mereka banyak mengajarkan kita tentang prinsip pertama kehidupan, yaitu jadilah yang terbaik, hargai waktu anda, hidup secara alami, tanpa berharap. Belajarlah hidup di masa kini dalam cara anda sendiri, misalnya dengan bermeditasi, berolahraga, berjalan di hutan – apa pun yang sesuai bagi anda. Harapan dan keputusasaan adalah tentang masa depan. Ketika anda berada di masa kini, keduanya tidak akan mengendalikan anda.

7. Bercakap-cakaplah dengan orang-orang yang putus asa lainnya: Kita semua adalah bagian dari makhluk bumi, dan semua orang pernah merasa putus asa, maka mengakui dan memulai untuk membicarakannya dengan sadar dan jujur adalah langkah pertama untuk berdamai dengan keputusasaan kita dan dengan kesedihan kolektif kita. Mungkin inilah waktunya untuk mendobrak ketabuan dalam budaya kita bahwa kita tidak boleh mengakui atau membicarakan keputusasaan dalam situasi kita dan perasaan kita yang putus asa. Anda dapat mulai dari seseorang yang peduli pada anda, yang sudah lama tidak bercakap-cakap dengan anda. Mulailah saat ini, tinggalkan pesan jika perlu dan berusahalah menghubunginya. Ketika anda berbincang dengannya, lupakanlah untuk membicarakan berita masa lalu ataupun rencana masa depan. Bicarakanlah tentang apa yang anda lakukan dan rasakan saat ini, termasuk perasaan putus asa. Bawa mereka ke masa kini dan mereka akan membawa anda ke masa kini sebagai gantinya, dan keluar dari masa depan yang “tidak ada harapan”.

8. Hindari berita-berita yang tidak dapat diubah dan buku-buku “self-help: Media tidak memberikan manfaat dan berita-berita kebanyakan adalah tentang apa yang telah terjadi, yang membodohi, yang dilebih-lebihkan dan disederhanakan sampai pada titik yang tidak berarti. Dan abaikan juga berita baik dan berita teknologi masa depan tentang penemuan baru. Semuanya dirancang untuk membuat anda penuh harapan, maka anda tidak akan bangkit dan melakukan sesuatu yang berbahaya atau yang sama dengan yang terburuk dari para pelakunya yang pada kenyataannya membuat semuanya tidak ada harapan.

Ketika anda menghabiskan waktu dengan bacaan, singkirkanlah semua yang disebut buku “self-help” dengan cara yang meyakinkan untuk anda tentang bagaimana seharusnya anda menjalani kehidupan. Terdapat banyak buku semacam ini di toko-toko buku. Kebanyakan pembacanya akan mengatakan pada anda (bahkan ketika mereka membeli lebih banyak dengan bodoh dan penuh harapan): Buku-buku ini tidak ada gunanya! Hal-hal terjadi dalam cara mereka sendiri karena suatu alasan. Anda pun ada dalam cara anda karena suatu alasan. Terimalah apa pun itu. Hargailah. Berdamailah dengannya. Semuanya adalah baik. Tidak masuk akal berharap bahwa buku-buku tersebut dapat mengubahnya. Sumbangkanlah uang untuk membeli buku-buku itu kepada mereka yang benar-benar bergelut dalam keputusasaan, seperti orang-orang tuna wisma di sekitar anda, pusat penyelamat hewan, dan kelompok aktivis lingkungan. Dan ketika anda mengambil apa yang ingin anda baca, pilihlah puisi dan kisah-kisah tentang masa kini, bukan kisah nostalgia atau traumatik tentang masa lalu atau kisah tentang masa depan yang memperingatkan kita.

9. Bermimpilah: Mimpi merupakan realitas alternatif dan mereka adalah realitas yang dapat kita ciptakan dan kendalikan. Ketika anda mencurahkan imajinasi anda, ia dapat mewujudkan penemuan yang mengagumkan – karya seni, dengan penyembuhan yang mengagumkan, kekuatan yang mengubah, menginspirasi dan komunikatif. Mimpi-mimpi anda adalah petunjuk bakat anda terhadap dunia.

10. Jatuh cinta: Penulis tidak memiliki anjuran bagaimana caranya agar jatuh cinta. Semua yang dapat diketahui penulis adalah ini akan berhasil. Ini beresiko dan menyebabkan kecanduan, pastinya dan bagi kebanyakan dari kita efeknya yang paling menggembirakan cepat sekali luntur. Tetapi alam telah memberikan kita keadaan yang menakjubkan ini dengan anugerah yang bersifat gila-gilaan, mengagumkan serta dipicu secara kimiawi dan ia membuat kita kebal terhadap harapan dan keputusasaan.

Demikianlah sepuluh hal yang dapat dilakukan untuk menghadapi (atau lebih tepatnya menerima) keputusasaan. Harapan adalah sesuatu yang membuat kita tetap bersemangat dalam menjalani kehidupan, tetapi mana kala harapan itu terasa jauh, adalah wajar rasa putus asa datang. Hadapilah keputusasaan itu dan janganlah berhenti berusaha karena harapan dan keputusasaan pasti akan silih berganti menghujani kehidupan kita.


From: http://www.kompasiana.com







No comments:

Post a Comment

https://youtu.be/4SylgWNoVZo

https://youtu.be/4SylgWNoVZo